Ketidaksabaran, keberanian dan semangat sebagian Pemuda negeri
"membawa" para Pemimpin, Tokoh Perjuangan Negeri ini ke rumah sederhana
di sudut kampung Rengasdengklok.
Maka, malam sebelum hari Kemerdekaan negeri ini, para tokoh pendiri Bangsa berkumpul dan bermalam di rumah ini.
Rumah Kemerdekaan, Rengasdengklok
Mereka mempersiapkan untuk sebuah moment penting, prosesi, pernyataan pada dunia, menujukan pada dunia, lahirnya bangsa ini, "MERDEKA". Sebuah moment, peristiwa yang sangat penting, lahirnya negeri dari "cengkeraman 3,5 abad dalam genggam tangan para penjajah". Namun sayang, tempat sejarah ini masih tetap tersudut di sebuah Gang, sudut kampung di Rengasdengklok, yang jauh dari perhatian anak negeri, dan perhatian para Pejabat yang duduk di negeri ini.
Perhatian kita
tidak sebanding dengan "peran, dan sejarah, perjuangan pendiri bangsa di
rumah ini dalam proses lahirnya sebuah negeri, Indonesia".
Suatu hari, salah satu anggota keluarga keturunan ketiga pemilik rumah ini pernah mengatakan, mau berniat menjual rumah ini.
Suatu hari, salah satu anggota keluarga keturunan ketiga pemilik rumah ini pernah mengatakan, mau berniat menjual rumah ini.
Ranjang yg ditempati Ir. Soekarno (duplikat)
Karena disatu sisi
sebagai tempat penting perlu ditata, dirawat agar kondisinya seperti
kondisi dulu para tokoh negeri ini singgah. Disisi lain, berarti konsekwensinya, tidak bisa digunakan, ditempati untuk keluarganya sebagaimana umumnya rumah milik sendiri.
Bila jadi dijual, dan pembelinya menghargai sejarah, tentu tidaklah
mengkhawatirkan.
Lalu bagaimana jika pembelinya tidak peduli sejarah? Diratakan,
diganti untuk bangunan kepentingan lain?
Jalan menuju Rumah Kemerdekaan,
di sudut kampung Rengasdengklok.
Ternyata hanya sebuah
"semboyan yang di kejalankan (dibuat spanduk dipinggir jalan)", dan
bukan "semboyan yang dijalankan" ......
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar