Paskibra menjalankan tugas untuk mengibarkan bendera merah putih dan jiwa yang harus tertanam didalam hati anggota Paskibra adalah jiwa merah putih. Bendera merah-putih melambangkan keberanian dan kesucian, ketika dibelai angin yang bertiup kencang, sang merah putih berkibar gagah, tegar dan tidak goyah, sedang pada waktu angin sepoi-sepoi, tampaklah sang merah putih berkibar dengan penuh kelembutan dan memancarkan sinar keagungan yang penuh kharisma. Jiwa seorang Paskibra harus tegar, positip, pantang menyerah dan tidak putus asa ketika mengalami dan menghadapi kesulitan dan selalu dibekali hati nan lembut serta penuh dengan kasih sayang”. Darah dalam tubuh manusia berwarna merah dan putih serta mengalirkan kehidupan jasmani dan rohani. Dengan tekun dan sabar darah merah mengangkut makanan keseluruh tubuh untuk memberi tenaga dan darah putih dengan sikap pantang menyerah penuh nilai kepahlawanan akan mencegah semua penyakit yang akan menggerogoti tubuh kita. Jiwa merah putih adalah suatu bentuk cinta kasih yang akan menumbuhkan suatu rasa pengabdian kepada ibu pertiwi, karena ibu pertiwi sudah memberikan susu dan madunya bagi umat manusia Indonesia agar dapat hidup gemah ripah loh jinawi yaitu suatu kemakmuran bagi setiap manusia yang hidup diatasnya.
Jiwa merah putih adalah jiwa yang penuh kasih dan pengabdian, seperti seorang ibu yang memberikan susunya dengan rela dan penuh cinta kasih kepada anaknya. Demikian juga ibu pertiwi yang tidak pernah lelah dan menggerutu memberikan madu dan segala isinya untuk kehidupan manusia Indonesia. Paskibra yang berjiwa merah putih harus mau dan berani meniru bumi Pertiwi yaitu rela berkorban dengan penuh cinta kasih untuk sesama dan semua mahluk ciptaan-Nya. Bumi pertiwi yang selalu dinjak-injak, diludahi, disakiti, dicerca, dikhianati dan tidak pernah diperhatikan, masih selalu tersenyum dan dengan penuh suka cita memberikan buah, susu dan madunya untuk manusia. Bumi pertiwi dengan penuh cinta kasih selalu memberi dan memberi tanpa mengharapkan pujian, imbalan.
Matahari dari waktu kewaktu selalu bersinar dan tersenyum serta menyapa dengan lembut dari pagi sampai sore, dan waktu malam hari dengan dibantu bulan tetap menyinarkan cahayanya ke dunia ini. Disawah kunang-kunang menerangi kegelapan dengan keindahan sinarnya yang elok tanpa pernah merasakan pujian dari umat manusia, demikian juga lilin lilin kecil yang menerangi tempat disekitarnya dengan ihklas walau tubuhnya terbakar demi memberikan terang disekitarnya. Paskibra sebagai Pandu Ibu Pertiwi yang berjiwa merah putih haru sbisa memberikan cahaya terang dilingkungan sekitarnya dan selalu bersikap kesatria. Sikap dan tingkah lakunya lemah lembut namun mengandung ketegasan. Nada bicara dan candanya selalu melihat situasi dan kondisi sekelilingnya (empan papan). Sebagai tanda cinta cita rasa manusia beradab dan berbudaya tinggi, dari hati sanubarinya yang paling dalam selalu terungkap ucapan “salomkasih” (salam, tolong, maaf, terimakasih).
Seorang Paskibra yang penuh cinta kasih akan selalu berpikir positif dan berani untuk menyapa, dia akan selalu menyapa terlebih dahulu dan tidak akan menunggu untuk disapa oleh semua orang yang ditemuinya, baik orang tua, kakak, adik, saudara-saudaranya, atasan, bawahan dan teman-teman yang lain. Dengan penuh kasih sayang dia akan bersuka cita menyapa dan menunjukkan empati kepada semua orang, perhatian penuh kasih sayang akan tercermin dalam tingkah laku, sikap dan perbuatannya, tutur katanya lembut, suaranya memancarkan suka cita suara hati yang yang bahagia, senyum tulus akan menghiasi bibir dan hatinya sehingga saat berbicara akan terdengar nada yang sangat ramah tanpa kesan dibuat-buat. Saat bertemu ia akan mengucapkan “salam”, salam tersebut dapat berupa ucapan : assalamu’alaikum, selamat pagi, siang atau malam, apa kabar dan sebagainya dengan nada suka cita dan ketulusan. Ucapan salam bisa diteruskan dengan suatu uluran tangan untuk berjabat tangan,. Jabat tangan kepada orang yang kita beri salam dengan penuh kehangatan dan kasih sayang akan mengalirkan kebahagiaan dan kedamaian bagi semua orang yang kita beri salam.
Apabila menginginkan atau meminta sesuatu dari orang lain maka dengan ketulusan hati dan suara yang penuh senyum secara otomatis terucap kata kata “tolong”. Permintaan tolong adalah suatu sikap kerendahan hati karena akan memohon suatu bantuan karena akan dan telah mengganggu serta merepotkan tetapi akan terdengar sangat sopan oleh orang yang dimintai tolong dan pasti dengan penuh suka cita akan menolong kita.
Ucapkanlah permohonan “maaf” atas segala tingkah laku, sikap, perbuatan kita yang mungkin secara tidak sengaja membuat orang lain menjadi tidak nyaman baik secara phisik maupun kejiwaan. Seorang yang mampu mengucapkan permintaan maaf adalah seorang yang mempunyai jiwa besar, rendah hati dan bisa menghormati orang lain. Rendah hati adalah suatu sikap untuk menghargai sesama dengan berani mengakui dan memuji kelebihan sesama sehingga kita juga bisa mensyukuri kelebihan yang dianugerahkan kepada kita. Dengan kerendahan hati, kita menjadi terbuka dan selalu bersyukur sehingga dapat menyinari lingkungan dimana kita berada dan berani mengucapkan permohonan maaf dengan spontan tanpa suatu keraguan jika kita berbuat suatu kesalahan atau mungkin dianggap salah oleh orang lain. Permohonan maaf bukan berarti kita pasti berbuat salah, akan tetapi itulah tanda kebesaran dari jiwa Paskibra.
Ucapkanlah “terima kasih” atas segala kebaikan yang sudah diterima karena dalam ucapan terima kasih terkandung suatu pujian syukur kepada-Nya karena cinta kasih yang telah diberikan-Nya melalui orang lain yang sudah kita terima. Ucapkan terima kasih dengan tulus, santun dan spontan serta keluar dari nurani yang paling dalam. Disertai anggukan kepala, senyum dan tatapan mata yang tulus akan memancarkan pesona yang membuat orang lain tertarik untuk mengikuti suri tauladannya.
Jiwa merah putih adalah jiwa yang penuh kasih dan pengabdian, seperti seorang ibu yang memberikan susunya dengan rela dan penuh cinta kasih kepada anaknya. Demikian juga ibu pertiwi yang tidak pernah lelah dan menggerutu memberikan madu dan segala isinya untuk kehidupan manusia Indonesia. Paskibra yang berjiwa merah putih harus mau dan berani meniru bumi Pertiwi yaitu rela berkorban dengan penuh cinta kasih untuk sesama dan semua mahluk ciptaan-Nya. Bumi pertiwi yang selalu dinjak-injak, diludahi, disakiti, dicerca, dikhianati dan tidak pernah diperhatikan, masih selalu tersenyum dan dengan penuh suka cita memberikan buah, susu dan madunya untuk manusia. Bumi pertiwi dengan penuh cinta kasih selalu memberi dan memberi tanpa mengharapkan pujian, imbalan.
Matahari dari waktu kewaktu selalu bersinar dan tersenyum serta menyapa dengan lembut dari pagi sampai sore, dan waktu malam hari dengan dibantu bulan tetap menyinarkan cahayanya ke dunia ini. Disawah kunang-kunang menerangi kegelapan dengan keindahan sinarnya yang elok tanpa pernah merasakan pujian dari umat manusia, demikian juga lilin lilin kecil yang menerangi tempat disekitarnya dengan ihklas walau tubuhnya terbakar demi memberikan terang disekitarnya. Paskibra sebagai Pandu Ibu Pertiwi yang berjiwa merah putih haru sbisa memberikan cahaya terang dilingkungan sekitarnya dan selalu bersikap kesatria. Sikap dan tingkah lakunya lemah lembut namun mengandung ketegasan. Nada bicara dan candanya selalu melihat situasi dan kondisi sekelilingnya (empan papan). Sebagai tanda cinta cita rasa manusia beradab dan berbudaya tinggi, dari hati sanubarinya yang paling dalam selalu terungkap ucapan “salomkasih” (salam, tolong, maaf, terimakasih).
Seorang Paskibra yang penuh cinta kasih akan selalu berpikir positif dan berani untuk menyapa, dia akan selalu menyapa terlebih dahulu dan tidak akan menunggu untuk disapa oleh semua orang yang ditemuinya, baik orang tua, kakak, adik, saudara-saudaranya, atasan, bawahan dan teman-teman yang lain. Dengan penuh kasih sayang dia akan bersuka cita menyapa dan menunjukkan empati kepada semua orang, perhatian penuh kasih sayang akan tercermin dalam tingkah laku, sikap dan perbuatannya, tutur katanya lembut, suaranya memancarkan suka cita suara hati yang yang bahagia, senyum tulus akan menghiasi bibir dan hatinya sehingga saat berbicara akan terdengar nada yang sangat ramah tanpa kesan dibuat-buat. Saat bertemu ia akan mengucapkan “salam”, salam tersebut dapat berupa ucapan : assalamu’alaikum, selamat pagi, siang atau malam, apa kabar dan sebagainya dengan nada suka cita dan ketulusan. Ucapan salam bisa diteruskan dengan suatu uluran tangan untuk berjabat tangan,. Jabat tangan kepada orang yang kita beri salam dengan penuh kehangatan dan kasih sayang akan mengalirkan kebahagiaan dan kedamaian bagi semua orang yang kita beri salam.
Apabila menginginkan atau meminta sesuatu dari orang lain maka dengan ketulusan hati dan suara yang penuh senyum secara otomatis terucap kata kata “tolong”. Permintaan tolong adalah suatu sikap kerendahan hati karena akan memohon suatu bantuan karena akan dan telah mengganggu serta merepotkan tetapi akan terdengar sangat sopan oleh orang yang dimintai tolong dan pasti dengan penuh suka cita akan menolong kita.
Ucapkanlah permohonan “maaf” atas segala tingkah laku, sikap, perbuatan kita yang mungkin secara tidak sengaja membuat orang lain menjadi tidak nyaman baik secara phisik maupun kejiwaan. Seorang yang mampu mengucapkan permintaan maaf adalah seorang yang mempunyai jiwa besar, rendah hati dan bisa menghormati orang lain. Rendah hati adalah suatu sikap untuk menghargai sesama dengan berani mengakui dan memuji kelebihan sesama sehingga kita juga bisa mensyukuri kelebihan yang dianugerahkan kepada kita. Dengan kerendahan hati, kita menjadi terbuka dan selalu bersyukur sehingga dapat menyinari lingkungan dimana kita berada dan berani mengucapkan permohonan maaf dengan spontan tanpa suatu keraguan jika kita berbuat suatu kesalahan atau mungkin dianggap salah oleh orang lain. Permohonan maaf bukan berarti kita pasti berbuat salah, akan tetapi itulah tanda kebesaran dari jiwa Paskibra.
Ucapkanlah “terima kasih” atas segala kebaikan yang sudah diterima karena dalam ucapan terima kasih terkandung suatu pujian syukur kepada-Nya karena cinta kasih yang telah diberikan-Nya melalui orang lain yang sudah kita terima. Ucapkan terima kasih dengan tulus, santun dan spontan serta keluar dari nurani yang paling dalam. Disertai anggukan kepala, senyum dan tatapan mata yang tulus akan memancarkan pesona yang membuat orang lain tertarik untuk mengikuti suri tauladannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar