Pada tahun 1775 seorang Belanda
bernama Pendeta Johannes Hooyman membangun sebuah
gedung dengan selera campur aduk antar gaya
Eropa dengan corak Jawa. Dituturkan oleh penulis Belanda bahwa interiornya
dibuat dengan selera tinggi, kusen pintu dan jendela diberi ukiran indah serta
langit-langit dan dindingnya diperelok dengan figura artifisial. Karena rumah
ini besar, sekalipun pemiliknya merendah dengan menyebut Pondok, tetapi
masyarakat setempat memanggil langoed tersebut sebagai Pondok Gede. Keberadaan
Hooyman tidak banyak diceritakan dalam sejarah Pondok Gede.
Seperempat abad kemudian
kepemilikan langoed Pondok Gede ini jatuh ke tangan Lendeert Miero. Dan ini orang yang aneh alias kontroversial.
Tuan tanah Lendeert Miero alias Juda Leo Ezekiel adalah orang Yahudi asal Polandia yang ikut mencari nafkah di Betawi. Ia datang ke Betawi dalam keadaan lontang-lantung. Diceritakan, Miero pertama kali datang ke Indonesia tahun 1775 sebagai seorang yang miskin karena hanya menjadi prajurit kecil untuk kerajaan Hindia Belanda.
Saat itu, Miero menyembunyikan identitasnya sebagai
bangsa Yahudi. Pasalnya Belanda yang kala itu dinakhodai oleh dua perusahaan
eksplotasi terbesarnya, the Dutch East India Company (VOC) dan the Dutch West
Indian Company (WIC), melarang adanya bangsa Yahudi untuk bekerja.
Kondisi tersebut disembunyikan oleh Miero selama
puluhan tahun hingga pada akhirnya, di tahun 1728, Miero membongkar
identitasnya tepat setelah Belanda mengijinkan orang Yahudi berkongsi dalam
perekonomian dan pemerintahan mereka. Sejak saat itu, nasib Miero mulai berubah drastis.
Ia mulai membangun kerajaan bisnisnya dengan menjadi seorang juragan emas
sekaligus rentenir di Batavia.
Ia memiliki toko di Molenvliet West (sekarang menjadi Jl.Gajah Mada) Jakarta
Pusat dan satu rumah mewah (kini menjadi gedung arsip nasional).
Rumah Tuan tanah Lendeert Miero di Jl.Gajah Mada (dulu)
Rumah Tuan tanah Lendeert Miero di Jl.Gajah Mada (sekarang)
Layaknya seorang rentenir, sikap dan perilaku Miero
yang cenderung judes dan kejam tidak disukai warga Batavia. Menurut catatan di buku tersebut,
istilah kata 'judes' sendiri sebenarnya disebabkan oleh kebencian warga
terhadap Miero. Kata judes disebut berasal dari kata 'Judas' yang memang
identik dengan orang Yahudi.
Meski begitu, kerajaan bisnis Miero terus
berkembang. Dari hasil berdagang, ia berhasil membeli sebidang tanah luas di
Pondok Gede lengkap dengan rumah besar yang dibangun oleh pemilik pertamanya,
Johannes Hooyman. Konon nama wilayah Pondok Gede itu sendiri berasal dari rumah
tersebut. Setelah hidup sukses, kerjanya sehari-hari hanya bersenang-senang dan berpesta. Salah satu kesenangan Lendeert adalah mengundang ratusan tamu bukan untuk merayakan hari ulang tahunnya melainkan hari kepedihannya.
Rupanya di masa mudanya ia pernah menjalani hidup susah, ia pernah jadi opas jaga atau centeng. Suatu hari ia sedang apes, kedapatan tidur nyenyak waktu jam kerja sehingga mendapat hukuman sebanyak 50 kali sabetan rotan di pantatnya. Cambukan ini dianggap pemicu untuk segera lepas landas dari kemiskinan.
Sekalipun memiliki rumah di Betawi, tetapi ia sering mengunjungi istananya di Pondok Gede. Orang setempat menyebutnya pondok yang gede sehingga kawasan itu terkenal dengan nama Pondok Gede. Lendeert meninggal dalam usia 79 tahun dan dimakamkan di samping rumahnya di Pondok Gede. Tetapi makam itu dibongkar dan dijadikan rumah hunian penduduk. Bahkan nisannyapun dicongkel untuk umpak-umpak rumah.
Makam Lendeert Miero di Pondok Gede
Pada 1987 Inkopau pernah menulis surat kepada Gubernur DKI Jakarta. Isinya tentang rencana pembangunan pusat rekreasi dan perbelanjaan di areal Pondok Gede. Disebutkan, bangunan kuno itu akan dilestarikan bahkan akan merupakan sentra dari taman rekreasi. Nyatanya, uang mengubah segalanya, bangunan kuno bernilai historis itu lenyap pada 1992 dirobohkan untuk dijadikan Mal, yang sekarang kita kenal dengan Mal Pondok Gede. Banyak pihak yang menyayangkan pembongkaran tersebut, tetapi siapa perduli dengan sejarah. Hanya namanya saja yang tetap abadi, sebagai nama jalan penghubung wilayah Jakarta dengan Jawa Barat.
Lokasi rumah (pondok) Lendeert Miero yang sekarang sudah menjadi Mal
Dirangkum dari berbagai sumber :
http://kampung-pinggiran.blogspot.com/2006/04/pondok-gede.html
Sekitar tahun 1987. Saat saya berakangkat ke sekolah ke SMA 48 saya pernah nyebrang menyusuri jalan tikus si sekitar area (sekarang) Mall pondok gede. Saya melintasi area tersebut untuk menghindari pelajar SMA lain yang pada saat itu sedang marak tawuran antar pelajar. Di area terebut saya sempat melihat ru pondok gede. Di sampingnya berdiri pohon besar. Sekali itu aja saya melihat rumah besar itu. Dan sempat beristirahat sebentar dan mengambil photo. Seingat saya 2 kalai jepret. Kawan saya yang pertama, dan saya yang kedua. Sayang phot itu sudah hilang, kata kawan saya pemilik kamera tersebut. Tahun sekitar 1995, saat pertama kali saya bekerja, saya baru sadar kalau rumah tersebut adalah PONDOK GEDE. Inkopau selaku pemikik tanah terakhir hingga kini, ternyata lebih mementingkan bisnis ketimbang sejarah. Padahal AU adalah alat negara. Siapa yang harus disalahkan ?
BalasHapusSayang sekali kami tidak bisa menampilkan foto bangunan PONDOK GEDE yang sekarang sudah berubah menjadi Mal Pondok Gede 1 & 2.
HapusSumber foto di internet pun tidak sesuai dengan foto PONDOK GEDE yang sebenarnya.
Ada foto PONDOK GEDE yang keliru di : http://id.wikipedia.org/wiki/Pondok_Gede,_Bekasi
Foto di wikipedia itu sebenarnya adalah perusahaan perkebunan Teh, Kina dan Karet "NV CULTUUR MAATSCHAPIJ PONDOK GEDEH" dahulu milik kluarga besar Frederik Hendrik Constant van Motman. Lokasi sekarang perkebunan tersebut telah menjadi peternakan TAPOS (lihat BUKU: Merampas tanah rakyat: kasus Tapos dan Cimacan; Oleh Dianto Bachriadi,Anton Lucas hlm. 43).
Yang masih saya ingat Pondok Gede tersebut tidaklah sebesar yang kita bayangkan. seperti sebuah gedung. Atau seperti yang ada pada image di atas. Atau image yang ada di wikipedia. Bangunan Pondok Gede mungkin hanya sebesar 4 sampai 8 kali rumah type 54.
HapusBangunan tersebut hanya sebuah bangunan rumah yang lebih besar ketimbang rumah betawi pada umumnya. Dan Kalau saya ingat, bangun tersebut hanya 1 lantai, namun berdinding tinggi.
Mudah mudahan ingatan saya sesuai dengan sejarah yang ada.
Di wikipedia itu fotonya SALAH.
HapusKebetulan saya sendiri pernah datang ke bangunan Pondok Gede itu sebelum dibongkar, sewaktu saya SD.
Bangunannya seperti bangunan rumah Betawi dengan sentuhan Eropa.
masih penasaran dengan Gambaran Rumah Pondok Gede seperti apa? kalau di wikipedia salah....
BalasHapusmohon mungkin ada yang bisa bantu..
makasih