Rokus Bernardus Visser
alias
Letkol Mochammad Idjon Djanbi
Setelah setahun di post tersebut dia mengundurkan diri dan
mendaftarkan diri sebagai operator radio (Radioman) di pasukan
Belanda ke 2 (2nd Dutch Troop). Bersama dengan pasukan sekutu, Visser
merasakan operasi tempurnya yang pertama, yaitu Operasi Market Garden
pada bulan September 1944, saat itu pasukan Belanda ke 2 bagian dimana
Visser berada, dimasukan dalam Divisi Lintas Udara 82 Amerika Serikat.
Diterjunkan melalui pesawat layang Visser dan teman-teman Amerikanya
mendarat di bagian dengan konsentrasi pasukan Jerman tinggi. Dua bulan
kemudian saat dikumpulkan kembali, Visser digabungkan dengan pasukan
Sekutu yang lain dan melakukan operasi pendaratan amphibi di Walcheren,
sebuah kawasan pantai di Belanda bagian selatan. Karena dianggap
berprestasi maka dia disekolahkan di Sekolah Perwira sebelum di kirim ke
Asia. Selanjutnya Viser dikirmkan ke Sekolah Pasukan Para di India dan
dimaksudkan bergabung dengan pasukan untuk memukul kekuatan Jepang di
Indonesia. Kekalahan pasukan Jepang pada 1945 mengakhiri perang dunia ke
2 dan Jepang mundur dari Indonesia sebelum pasukan Visser sempat
dikirimkan ke Indonesia.
Mundurnya Jepang dari Indonesia membuka peluang kepada Belanda untuk
kembali menguasai Indonesia. Karena keadaan di Belanda sedang kacau dan
mereka tidak mampu mengirimkan pasukan dari Eropa ke Indonesia, maka
mereka berusaha membentuk kesatuan unit khusus di India dengan
mendirikan School voor Opleiding van Parachutisten (sekolah pasukan
terjun payung) dan pasukan ini dikirim ke Jakarta pada 1946. dibawah
pimpinan Letnan Visser, sekolah ini kemudian di pindah ke Jayapura
(Hollandia) di Irian Jaya yang waktu itu dinamakan Dutch West Guinea
oleh Belanda, menempati sebuah bangunan rumah sakit Amerika yang telah
ditinggalkan oleh pasukan Douglas McArthur.
Dengan segala kondisi yang ada Visser ternyata menyukai hidup di
Asia, sehingga dia meminta istrinya (wanita Inggris yang dinikahinya
semasa perang dunia 2) dan keempat anaknya untuk ikut dengannya ke
Indonesia. Ketika istrinya menolak, Visser memilih untuk bercerai. Saat
kembali ke Indonesia pada 1947, Sekolah pimpinannya sudah dipindah ke
Cimahi, Bandung dan Viser dipromosikan naik pangkat menjadi Kapten.
Selama tahun 1947 sampai akhir 1949 , Sekolah pimpinan Kapten Visser
terus melahirkan tentara terjun payung sampai saat dimana Belanda harus
menyerahkan kekuasaaanya kepada Republik Indonesia.
Karena sudah merasa nyaman dengan gaya hidup Asia, maka Kapten Visser
memutuskan untuk tinggal di Indonesia sebagai warga sipil. Keputusan
ini sangat berisiko, karena walaupun dia bukan termasuk pasukan baret
hijau belanda yang dikenal sangat kejam (Visser sendiri berbaret merah),
tapi tidak ada yang bisa meramalkan bagaimana keamanan seorang mantan perwira penjajah di negara
jajahanya yang baru saja merdeka. Akhirnya dia menetapkan keputusannya
untuk tinggal di Indonesia, pindah ke Bandung, bertani bunga di Pacet,
Lembang, memeluk agama Islam, menikahi kekasihnya yang orang Sunda dan
mengubah namanya menjadi Mochammad Idjon Djanbi.
Pengalaman Idjon Djanbi sebagai anggota pasukan komando pada Perang
Dunia II telah menarik perhatian Kolonel A.E.Kawilarang untuk membantu
merintis pasukan komando. Idjon Djanbi kemudian aktif di TNI dengan
pangkat Mayor. Idjon segera melatih kader perwira dan bintara untuk
menyusun pasukan. Kemudian pada tanggal 16 April 1952 dibentuklah
pasukan istimewa tadi dengan nama Kesatuan Komando Teritorium Tentara
III/Siliwangi (Kesko TT. III/Siliwangi) dengan Mayor Infanteri Mochammad
Idjon Djanbi sebagai komandannya. Karena satuan Komando ini perlu
didukung dengan fasilitas dan sarana yang lebih memadai dan operasional
satuan ini diperlukan dalam lingkup yang lebih luas oleh Angkatan Darat,
maka Kesko TT. III/Siliwangi beralih kedudukan langsung dibawah komando
KSAD bukan dibawah Teritorium lagi dan pada bulan Januari tahun 1953
berganti nama menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD). Pada
tanggal 29 September 1953 KSAD mengeluarkan Surat Keputusan tentang
pengesahan pemakaian baret sebagai tutup kepala prajurit yang lulus
pelatihan Komando. Latihan lanjutan Komando dengan materi Pendaratan
Laut (Latihan Selundup) baru bisa dilakukan pada tahun 1954 di Pantai
Cilacap Jawa Tengah.
Pada tanggal 25 Juli 1955 KKAD berubah namanya menjadi Resimen
Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD). Yang menjadi komandan adalah
Mayor Mochammad Idjon Djanbi.
Untuk meningkatkan kemampuan prajuritnya, tahun 1956 RPKAD
menyelenggarakan pelatihan penerjunan yang pertama kalinya di Bandung.
Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan, maka Mayor Infanteri
Mochammad Idjon Djanbi menginginkan agar prajurit RPKAD memiliki
kemampuan sebagai peterjun sehingga dapat digerakkan ke medan operasi
dengan menggunakan pesawat terbang dan diterjunkan di sana. Lulusan
pelatihan ini meraih kualifikasi sebagai peterjun militer dan berhak
menyandang Wing Para.
Pada tanggal 25 Juli 1955, Wapres
Moh.Hatta meresmikan peningkatan KKAD menjadi RPKAD dan dikepalai tetap
oleh Mayor Mochamad Idjon Djanbi dengan Kastaf Mayor Djaelani yang juga
merangkap sebagai Komandan SPKAD (sekolah Pasukan Komando Angkatan
Darat) dibantu oleh Letnan LB Moerdani sebagai wakilnya. Di bawah
pimpinan Mayor Djaelani dan wakilnya LB Moerdani, pendidikan komando
mulai memperlihatkan hasil yang cukup memadai walaupun banyak kekurangan
tenaga pengajar maupun dana, dan hal tersebut melipatgandakan
keefektifan tempur pasukan.
Pimpinan MABESAD melihat celah untuk
mengambil alih kepemimpinan di RPKAD ke orang asli pribumi tetapi hal
tersebut tercium oleh mayor Djanbi, dan setelah Djanbi ditawarkan
jabatan baru yang jauh dari pelatihan komando, Mayor Djanbi marah dan
meminta pensiun. Kebetulan pada saat itu pada tahun 1956, Indonesia
sedang aktif menasionalisasi perusahaan-perusahaan milik asing dan Moh
Idjon Djanbi yg sudah menjadi WNI diberi jabatan mengepalai perkebunan
milik asing yg dinasionalisasi. Tetapi ia tetap tidak pensiun sebagai
anggota RPKAD (di-karya-kan), pada 1969 pada saat ulang tahun RPKAD
Mayor Moh.Idjon Djanbi diberi kenaikan pangkat menjadi Letnan Kolonel.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar