Dulu pada tahun 1978 SMA 48 bernama "SMA 22 Kelas Jauh" yang berlokasi di Lubang
Buaya. Untuk mencapai sekolah, siswanya harus melewati gang-gang sempit di antara
rumah-rumah penduduk dan persawahan. Bila musim hujan tiba maka mau tidak mau
mereka ke sekolah harus menggunakan sepato Boot (eh..tahu kan sepatu Boot ?)
karena enggak ketulungan beceknya.
Gedung SMA 22 Kelas Jauh digunakan bersama dengan SPG 7 (sekarang menjadi Gedung SMA 113). Karena satu gedung digunakan oleh dua sekolah sudah barang tentu sering timbul selisih paham, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan proses kegiatan belajar-mengajar.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Kepala Sekolah SMA 22 Kelas Jauh (waktu itu dijabat oleh Bapak Yuli Marnis) menemui Kepala Sekolah SMA 22 Utan Kayu (waktu itu dijabat oleh Bapak Agus Musa) - dan berangkat ke Kanwil PDK di Jl. Salemba Raya 15 (waktu itu Kakanwilnya dijabat oleh Bapak Saudwarman) bermaksud mencari informasi tentang tempat (gedung sekolah) yang baru. Oleh Kakanwil diinformasikan bahwa di daerah Pinang Ranti (satu blok di sebelah utara Taman Mini Indonesia Indah) ada gedung baru tetapi diperuntukkan bagi SMP. Kepala Sekolah SMA 22 dan Kepala Sekolah SMA 22 Kelas Jauh meninjau ke lokasi yang disebutkan oleh Kakanwil, namun ternyata jalannya tidak dapat dilalui oleh kendaraan karena yang bisa lewat hanyalah kerbau alias kebo, tidak heran kalau penduduk Pinang Ranti menamakan jalan masuknya dengan "Jalan Kebo".
Namun karena sangat memerlukan gedung sekolah yang akan segera ditempati, maka Kepala Sekolah SMA 22 dan Kepala Sekolah SMA 22 Kelas Jauh menghadap kembali ke Kakanwil, dan oleh Kakanwil segera dibuatkan surat penempatan gedung.
Dalam keadaan jalan yang masih becek alias belok dan rawan banjir, dngan terpaksa pada tanggal 16 September 1978 SMA 22 Kelas Jauh pindah dari Lubang Buaya ke gedung sekolah yang baru di kawasan Pinang Ranti.
Dalam tahun berjalan sampai 1979, Kepala Sekolah SMA 22 Kelas Jauh berusaha ke Kantor PDK Kotamadya Jakarta Timur (waktu itu Kakankonya dijabat oleh Bapak Kusnan Ismukanto) dan langsung menghadap Walikota Jakarta Timur (waktu itu dijabat oleh Bapak Alamsyudin) yang intinya memohon pengerasan jalan masuk SMA 22 Kelas Jauh, yang ternyata segera dikabulkan.
Sementara kegiatan belajar-mengajar berjalan dengan lancar di gedungnya yang baru, Kepala Sekolah mengurus agar SMA 22 Kelas Jauh menjadi "SMA 22 Filial". Pengurusan ganti nama ini berhasil dan pada tanggal 1 Juni 1980 SMA 22 Kelas Jauh diubah nama menjadi SMA 22 Filial. Pada tahun 1980 itu juga masyarakat sekitar mulai mengenal adanya sekolah yang baru ini, yang mendorong Kepala Sekolah SMA 22 Filial untuk mengajukan permohonan kepada Kakanko Jakarta Timur dan Walikota Jakarta Timur (waktu itu masih berkantor di Jalan Jatinegara Timur) agar jalan masuk ke lokasi sekolah diperkeras alias diaspal, dan dikabulkan pada bulan Nopember 1980.
Kepala Sekolah SMA 22 Filial semakin percaya diri bahwa sekolah ini bakal maju dan dikenal oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, Kepala Sekolah berusaha keras agar SMA 22 Filial ditingkatkan statusnya menjadi Negeri. Setelah melengkapi persyaratan untuk pembentukan SMA Negeri, yaitu :
1. Foto lokasi gedung
2. Foto lokasi jalan masuk ke lokasi sekolah
3. Dukungan dan SMP-SMP dan SD-SD di wilayah 2 kecamatan
4. Rekomendasi dari Kanko dan Kanwil
5. Rekomendasi dari Lurah, Camat, dan Walikota
maka segala persyaratan tersebut dibawa langsung oleh Kepala SMA 22 Filial ke Dirjen Dikdasmen Urusan SMA di Jl. Hang Lekir II Kebayoran Baru, dan berhasil menjadi SMA Negeri 48 pada tanggal 1 Juli 1981.
Pada tanggal 28 Agustus 1981, SMA 48 resmi berpisah dari SMA 22, dan tanggal tersebut diperingati dan dirayakan sebagai Hari Ulang Tahun SMAN 48
Sejak berdirinya SMA 48 telah mengalami 9 kali pergantian kepala sekolah, yaitu :
Gedung SMA 22 Kelas Jauh digunakan bersama dengan SPG 7 (sekarang menjadi Gedung SMA 113). Karena satu gedung digunakan oleh dua sekolah sudah barang tentu sering timbul selisih paham, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan proses kegiatan belajar-mengajar.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Kepala Sekolah SMA 22 Kelas Jauh (waktu itu dijabat oleh Bapak Yuli Marnis) menemui Kepala Sekolah SMA 22 Utan Kayu (waktu itu dijabat oleh Bapak Agus Musa) - dan berangkat ke Kanwil PDK di Jl. Salemba Raya 15 (waktu itu Kakanwilnya dijabat oleh Bapak Saudwarman) bermaksud mencari informasi tentang tempat (gedung sekolah) yang baru. Oleh Kakanwil diinformasikan bahwa di daerah Pinang Ranti (satu blok di sebelah utara Taman Mini Indonesia Indah) ada gedung baru tetapi diperuntukkan bagi SMP. Kepala Sekolah SMA 22 dan Kepala Sekolah SMA 22 Kelas Jauh meninjau ke lokasi yang disebutkan oleh Kakanwil, namun ternyata jalannya tidak dapat dilalui oleh kendaraan karena yang bisa lewat hanyalah kerbau alias kebo, tidak heran kalau penduduk Pinang Ranti menamakan jalan masuknya dengan "Jalan Kebo".
Namun karena sangat memerlukan gedung sekolah yang akan segera ditempati, maka Kepala Sekolah SMA 22 dan Kepala Sekolah SMA 22 Kelas Jauh menghadap kembali ke Kakanwil, dan oleh Kakanwil segera dibuatkan surat penempatan gedung.
Dalam keadaan jalan yang masih becek alias belok dan rawan banjir, dngan terpaksa pada tanggal 16 September 1978 SMA 22 Kelas Jauh pindah dari Lubang Buaya ke gedung sekolah yang baru di kawasan Pinang Ranti.
Dalam tahun berjalan sampai 1979, Kepala Sekolah SMA 22 Kelas Jauh berusaha ke Kantor PDK Kotamadya Jakarta Timur (waktu itu Kakankonya dijabat oleh Bapak Kusnan Ismukanto) dan langsung menghadap Walikota Jakarta Timur (waktu itu dijabat oleh Bapak Alamsyudin) yang intinya memohon pengerasan jalan masuk SMA 22 Kelas Jauh, yang ternyata segera dikabulkan.
Sementara kegiatan belajar-mengajar berjalan dengan lancar di gedungnya yang baru, Kepala Sekolah mengurus agar SMA 22 Kelas Jauh menjadi "SMA 22 Filial". Pengurusan ganti nama ini berhasil dan pada tanggal 1 Juni 1980 SMA 22 Kelas Jauh diubah nama menjadi SMA 22 Filial. Pada tahun 1980 itu juga masyarakat sekitar mulai mengenal adanya sekolah yang baru ini, yang mendorong Kepala Sekolah SMA 22 Filial untuk mengajukan permohonan kepada Kakanko Jakarta Timur dan Walikota Jakarta Timur (waktu itu masih berkantor di Jalan Jatinegara Timur) agar jalan masuk ke lokasi sekolah diperkeras alias diaspal, dan dikabulkan pada bulan Nopember 1980.
Kepala Sekolah SMA 22 Filial semakin percaya diri bahwa sekolah ini bakal maju dan dikenal oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, Kepala Sekolah berusaha keras agar SMA 22 Filial ditingkatkan statusnya menjadi Negeri. Setelah melengkapi persyaratan untuk pembentukan SMA Negeri, yaitu :
1. Foto lokasi gedung
2. Foto lokasi jalan masuk ke lokasi sekolah
3. Dukungan dan SMP-SMP dan SD-SD di wilayah 2 kecamatan
4. Rekomendasi dari Kanko dan Kanwil
5. Rekomendasi dari Lurah, Camat, dan Walikota
maka segala persyaratan tersebut dibawa langsung oleh Kepala SMA 22 Filial ke Dirjen Dikdasmen Urusan SMA di Jl. Hang Lekir II Kebayoran Baru, dan berhasil menjadi SMA Negeri 48 pada tanggal 1 Juli 1981.
Pada tanggal 28 Agustus 1981, SMA 48 resmi berpisah dari SMA 22, dan tanggal tersebut diperingati dan dirayakan sebagai Hari Ulang Tahun SMAN 48
Sejak berdirinya SMA 48 telah mengalami 9 kali pergantian kepala sekolah, yaitu :
- Bapak Drs.Yulimanis (1978–1987)
- Bapak Drs.Subarjo (1987–1992)
- Bapak Drs.Hidayat (1992–1994)
- Bapak Drs.Iwa Miswari (1994–1998)
- Ibu Dra.Tioman Manik (1998–2004)
- Bapak Drs.H.Sartiman, MM (2004–2006)
- Bapak Drs.H.Idris Muhalih, MM (2006–2010)
- Bapak Drs.Syamsu Arifin (2010–2011)
- Bapak Drs.Masduki (2011-2013)
- Bapak Drs.Alex Haryanto, MSi (2013-...)
Foto SMA 48 dulu (sekitar th 1980-an) :
Foto SMA 48 sekarang :
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar