20 Juni 2013

Kilas Sejarah Pekan Raya Jakarta (PRJ)

PRJ tempo dulu
Pekan Raya Jakarta (PRJ) digelar pertama kali di Kawasan Monas tanggal 5 Juni hingga 20 Juli tahun 1968 dan dibuka oleh Presiden Soeharto dengan melepas merpati pos. PRJ pertama disebut DF yang merupakan singkatan dari Djakarta Fair (Ejaan Lama). Lambat laun ejaan tersebut berubah menjadi Jakarta Fair yang kemudian lebih populer dengan sebutan Pekan Raya Jakarta. Idenya muncul atau digagas pertama kali oleh Syamsudin Mangan yang dikenal dengan nama Haji Mangan saat menjabat sebagai Ketua KADIN (Kamar Dagang dan Industri) yang mengusulkan suatu ajang pameran besar untuk meningatkan pemasaran produksi dala negeri yang kala itu sedang mulai pasca G30S/1965 kepada Gubernur DKI yang dijabat Ali Sadikin atau yang dikenal oleh Bang Ali pada tahun 1967.
Gagasan ini disambut baik oleh Pemerintah DKI, karena Pemerintah juga ingin membuat suatu pameran besar yang terpusat dan berlagsung dalam waktu yang lama sebagai upaya mewujudkan berbagai “pasar malam” yang ketika itu masih menyebar di sejumlah wilayah Jakarta, seperti Pasar Malam Gambir yang tiap tahun berlangsung di bekas Lapangan Ikada (kini kawasan Monas), juga merupakan inspirasi dari Pameran yang diklaim sebagai "Pameran Terbesar" ini.
Haji Mangan terinspirasi dari berbagai event pameran internasional yang sering diikutinya sebagai konglomerat dibidang tekstil di kala itu serta Pasar Malam Gambir yang dari dulu sudah ramai dikunjungi. Ide ini disambut baik Pemerintah DKI dengan membuat gebrakan dengan langsung membentuk panitia sementara yang dipercayakan kepada KADIN yang Ketuanya yang dijabat oleh Haji Mangan.
Agar lebih resmi, Pemerintah DKI mengelurkan Peraturan Daerah (Perda) No. 8 Tahun 1968 yang antara lain menetapkan bahwa PRJ akan menjadi agenda tetap tahunan dan diselenggarakan menjelang Hari Ulang Tahun Jakarta yang dirayakan setiap tanggal 22 Juni. Sebuah yayasan yang diberikan nama Yayasan Penyelenggara Pameran dan Pekan Raya Jakarta juga dibentuk sebagai badan pengelola PRJ.
Sesuai Perda No.8/1968 tersebut tugas yayasan ini bukan hanya menyelenggarakan PRJ saja namun juga penyelenggara Arena Promosi dan Hiburan Jakarta (APHJ) yang di jadwalkan berlangsung sepanjang tahun. PRJ 1968 atau DF 68 berlangsung mulus dan boleh dikatakan sukses. Mega perhelatan ini mampu menyedot pengunjung tidak kurang dari 1,4 juta orang.
Fantastis ! Acara yang digelar pun unik. Waktu itu digelar pemilihan Ratu Waria, yang diikuti 151 peserta dan boleh dibilang cukup banyak kala itu. PRH 1969 atau DF 69 memecahkan rekor penyelenggaraan PRJ terlama karena memakan waktu penyelenggaraan 71 hari. PRJ pada umumnya berlagsung 30 – 35 hari. Bahkan Presiden AS waktu itu Richard Nixon datang ke Indonesia, sempat mampir ke DF 69. Ia berhenti disebuah stand dekat Syamsudin Mangan Plaza, dan sempat melambai-lambaikan tangannya ke pengunjung dan karyawan DF 69.
Penyelenggaraan PRJ atau Jakarta Fair ini, dari tahun ke tahun mulai mengalami perkembangan pengunjung dan pesertanya bertambah dan bertambah. Dari sekedar pasar malam, ” bermutasi” menjadi ajang pameran Moderen yang menampilkan berbagai produk. Areal yang dipakai juga bertambah. Dari hanyah tujuh hektar di di Kawasan Monas kini semenjak tahun 1992 dipindah ke ke Kawasan Kemayoran Jakarta Pusat yang menempati area seluas 44 hektar.


Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar